Kamis, 03 November 2011

my first purposes : reached Merbabu

2002...Perjalanan pertama atas pendakian..
bukan yang kuharapkan tapi atas dasar ajakan dan keharusan..
perjalanan yang belum sepenuhnya kuinginkan besama tim Merbabu.
Menuju Merbabu, Jawa Tengah...tepatnya puncak gunung Merbabu.
Berbekal kamera pocket sederhana dari plastik dan harus dikokang manual, seharga Rp.5000 yang dibelikan oleh bapa saya sewaktu ada ajang Braga Festival (jaman SMA antara 1998-2001, sudah terlalu lama)..

Berangkat bersama tim Lawu dari stasiun Kiaracondong sekitar pukul 22 WIB dan tiba di Solo sekitar pukul 7 esok harinya...dan di stasiun Jebres kami berpisah..

senja di perjalanan pendakian Merbabu
 menuju start awal pendakian di Kopeng
sudah terlalu siang bahkan terlalu sore saat kami memulai pendakian setelah masak dan makan siang.
sampai akhirnya kami tersesat dan kemudian bermalam di tengah-tengah perjalanan.

haha hihi di jalur pendakian Merbabu walaupun tersesat.






Git dan Na
esok harinya...
sarapan pagi dengan bubur kacang hijau yang masih keras karena pengolahan yang salah..
pagi yang cerah mengiringi perjalanan, mungkin sedikit mengeluh..hari itu terlalu cerah..
kondisi vegetasi yang kering menuju puncak Merbabu














saya belum pernah melakukan pendakian, apalagi dengan kondisi air yang sangat terbatas. beban tas yang berat dan terik surya yang menggoda untuk melepas dahaga dengan tegukan air dari botol minum.


bertemu tim pendaki lain dari Jawa Tengah


tujuan kami adalah menuju ke atas, berharap menemukan puncakan agar mdah mengetahui keberadaan kami.
sampailah kami di puncakan yang ternyata merupakan shelter ke-4, Heli pad...

tampak megah barisan puncakan Merbabu di belakang latar Jembatan Setan, yang memukau kami dengan pandangan luas tak berbatas tak terhalang ...langsung, panas menerpa karena vegetasi tumbuhan semakin berkurang..dataran tinggi yang kering, menggambarkan karakteristik tipe gunung di kawasan Jawa Tengah.


makan siang dalam bivak ponco untuk menghalau terik surya, dan pasokan air yang semakin menipis memaksa kami mencari sumber air..ada sumber air..tapi mengandung belerang, sedikit berasa asam sampai-sampai teh manis berasa seperti lemon tea.

menjelang Ashar, setapak demi setapak menyusuri jalur Jembatan Setan..satu-satunya jalur menuju puncak dari sisi jalur pendakian kami...jalur yang mempunyai lebar jalan sekitar 1 meter dan sisi kanan kiri kami merupakan lembahan curam, belum lagi angin yang cukup kencang, vegetasi yang hanya cantigi, batuan dan pasir..dan sesekali terlihat lempengan logam penanda nisan pendaki yang tewas di jalur itu dengan berbagai alasan dan cerita..adalah alasan jalur itu dinamakan Jembatan Setan..memang cukup mengerikan..
yang menarik saat itu di Jembatan Setan adalah pemandangan alam yang sangat kontras antara lembahan sisi kanan dan sisi kiri. di satu sisi tampak rerumputan menghijau sedangkan sisi lainnya tampak kering gersang habis terbakar..dari jalur ini tampak 2 puncak tertinggi Merbabu, yaitu Puncak Syarif dan Kenteng Songo.

sayangnya, saat itu saya belum bisa melihat sudut pandang fotografi yang menarik untuk diabadikan..banyak yang terlewat..explorasi foto di Merbabu masih menjadi PR yang belum pernah terselesaikan.

foto ini belum di puncak Kenteng Songo



trak terakhir kami menuju puncak Kenteng Songo adalah menyusuri dinding tebing, walaupun tidak jauh tapi cukup berbahaya..
dan sampailah kami di puncak Merbabu..
sayangnya tidak ada dokumentasi foto saat di Puncak Kenteng Songo, karena alasan teknis kamera yang seharga Rp.5000 itu akhirnya rusak tepat saat akan digunakan di puncak itu.



Kenteng Songo merupakan situs berupa 9 buah batu tersusun menurut kepercayaan masyarakat sekitar. yang sangat membuat kami penasaran adalah bahwa jumlah batu yang kami temukan tidak sampai 9 buah. menurut kepercayaan masyarakat pula bahwa siapapun yang dapat melihat batu 9 buah maka akan mendapat peruntungan.
untuk saya, sudah bisa sampai di puncak juga merupakan keberuntungan untuk bisa menikmati keindahan..
terlalu Maghrib untuk menuju jalur Selo yang panjang landai..akhirnya diputuskan menuju jalur Wekas dan kami tempuh perjalanan malam dengan berbekal penerangan sinar bulan. bukan karena senter tidak berfungsi, tapi masih sangat saya ingat, malam itu sangat terang oleh rembulan..

padahal jalur Selo yang awalnya menjadi tujuan akhir pendakian mempunyai pesona yang menakjubkan, kabarnya di jalur landai itu kami disuguhi oleh indahnya hamparan Edelweiss, si bunga abadi.

tiba di Wekas sangat larut, dini hari..setelah berbenah dan membersihkan diri, kami lelap dalam lelah dan lega.
sebuah tempat singgah para pendaki yang sangat nyaman dan cukup hangat.

pagi itu, kami bergegas mengejar kereta api sore yang membawa kami kembali ke bandung. malam harinya kami tiba di stasiun Rancaekek dan menuju Jatinangor.

still, wishing for another chance to reach Merbabu..

jalur selo
jalur Kopeng
jalur Wekas